Cari Blog Ini

Sabtu, 12 Agustus 2017

MENGHARUMKAN NAMA TUHAN



Made Nopen Supriadi, S.Th
Analogi: wangi parfum tidak akan berubah sekalipun dipakai oleh orang yang berbeda. Jika memetik sedikit dari analogi parfum tersebut dapat kita pikirkan bahwa Allah tidak akan berubah sekalipun manusia yang berbeda-beda. Apakah Tuhan membutuhkan manusia untuk mengharumkan namanya? Tidak! Allah mahakuasa maka tanpa manusia pun Allah dapat mengharumkan namanya, perhatikan Kitab Daniel, ketika raja Nebukadnezar meninggikan diri maka Allah sendiri bertindak untuk menghajarnya, dan Allah sendiri akhirnya yang membuat raja Nebukadnezar sadar dan kembali memuliakan Tuhan (Daniel 4: 28-37).  Allah yang mulia dapat memuliakan diri-Nya sendiri. Tidak ada satu orang pun yang dapat mengetahui standar mutlak apakah nama Allah tersebut diharumkan atau tidak. Dalam Roma 11: 33 menunjukkan hikmat dan pengertian Allah tak terselami, jadi siapakah manusia yang terbatas dapat menyelami dan benar-benar mengetahui standar untuk mengharumkan nama Tuhan.  
Apakah nama Tuhan menjadi tidak harum karena manusia? Nama Allah tetap menjadi harum meskipun manusia yang mengklaim diri sebagai pengikut Tuhan bersikap tidak mempermuliakan Tuhan. Fakta tersebut kita lihat banyak orang yang percaya kepada Yesus meskipun kita mendapati banyak orang yang telah berstatu Kristen tidak bersikap mengharumkan nama Tuhan. Mengapa terjadi demikian? Hal ini menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mempengaruhi Allah, manusia tidak dapat mengubah substansi nama Allah yang harum. Perhatikan Alkitab, Apakah nama Allah menjadi tercemar saat raja Salomo jatuh dalam perzinahan, faktanya nama Allah tetap bertahan dan dipuja oleh bangsa Israel. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketika manusia melakukan dosa mereka berpikir membusukkan nama Tuhan, padahal sesungguhnya mereka sedang membusukkan diri mereka. Orang yang berdosa bukan tidak mengharumkan nama Tuhan, tetapi mereka sedang merusak dan membusukkan diri mereka sendiri. Ketika manusia berdosa mereka justru menunjukkan hukuman Allah layak dijatuhkan bagi mereka, ketika manusia berdosa justru memperlihatkan manusia itu layak mendapat keadilan dari Allah. Manusia yang berdosa tidak dapat mempengaruhi keharuman nama Allah. Banyak teologia (ajaran) yang dibangun dari dasar subyektifisme sehingga mengajarkan bahwa Allah dapat dipengaruhi oleh manusia, ciptaan dapat mempengaruhi pencipta. Sehingga membuat sebuah anggapan bahwa nama Tuhan akan menjadi jelek, rusak, busuk dan tidak diminati oleh karena penganut agama tersebut berbuat dosa, tetapi perhatikan Alkitab, jika ada penganut sebuah agama menjadi rusak moralnya dan etikanya bobrok lalu mengatasnamakan agama dalam membangun kebobrokan tersebut maka mereka sedang menunjukkan bahwa mereka mempercayai yang bukan Tuhan. Yesus Kristus memiliki moralitas ilahi, itu artinya mereka yang menjadi pengikut Yesus haruslah demikian, faktanya tidaklah demikian. Di dalam Alkitab saat perempuan Samaria ingin memberitakan Mesias mereka tidak mau lagi mendengar dari mulut perempuan itu, tetapi mereka langsung datang kepada Yesus dan melihat langsung. Hal ini menunjukkan manusia dapat kecewa dengan melihat tingkah manusia tetapi justru yang terlihat dari orang yang hidup tidak mengharumkan nama Tuhan kita melihat adanya penghakiman Allah bagi orang tersebut, justru nama Tuhan tetap harum karena Allah tidak berubah. Hal ini juga akan mendorong manusia sampai kepada sebuah kebenaran, mengenai siapa Allah? Saat pengikutnya berdosa manusia akan langsung melihat siapa yang dipercaya mereka, lalu saat mereka mendapatkan bahwa yang dipercaya itu mengajarkan yang benar, baik dan kekal maka penghakiman akan ditujukan kepada orang tersebut karena gagal melakukan standar kebenaran Allah yang dipercaya, lalu jika mereka mendapati bahwa yang imani atau dipercaya juga terbukti mengajarkan amoralitas, dosa dan kejahatan maka dengan sendirinya membongkar kepalsuan ilah tersebut.  
Lalu apakah tanggung jawab manusia terhadap nama Tuhan? Melalui kisah sahabat-sahabat Daniel kita akan melihat bagaimana Tuhan memakai mereka menjadi alat untuk mengharumkan nama Tuhan.  Allah yang mulia ingin memuliakan namanya dengan memakai manusia sebagai alat untuk memuliakan-Nya. Maka Allah yang mulia ingin mengharumkan nama-Nya sendiri dengan memakai manusia sebagai alat untuk memuliakan-Nya. Maka disinilah baru muncul yang namanya tanggung jawab manusia dalam mengharumkan nama Tuhan. Allah memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk mengharumkan nama-Nya, hal ini dapat kita lihat secara tersirat dalam Sepuluh hukum yang diberikan kepada Musa, pada hukum ke 3 diperintahkan untuk tidak menyebut nama Tuhan dengan sembarangan. Namun jika melihat secara menyeluruh seluruh hukum ini wajib dilakukan jika ingin mengharumkan nama Tuhan. Maka disini kita melihat bahwa tanggung jawab manusia yang telah percaya bukan mengabaikan hukum Allah, tetapi bertanggung jawab terhadap hukum Allah tersebut. Seluruh hukum harus dilakukan agar nama Tuhan harum, maka sanggupkah manusia melakukannya? Tidak ada! maka semakin memperjelas prinsip Alkitab hanya karena kasih karunia manusia bisa mengharumkan nama Tuhan, Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengharumkan nama Tuhan karena mereka menunjukkan iman dalam menghadapi tantangan. Mengapa mereka bisa melakukannya? Hal tersebut sangat jelas memperlihatkan bahwa karena imanlah maka nama Tuhan dimuliakan, iman sendiri adalah pemberian Allah, itu artinya Allah sendiri ingin mempermuliakan diri-Nya dengan memakai mereka bertiga. Hidup orang Kristen memang sangat unik, siapa yang diberikan iman oleh Allah maka ia memiliki iman, siapa yang memiliki iman maka dia menunjukkan imannya, maka hanya orang yang tidak memiliki iman yang tidak dapat menunjukkan imannya. Lalu muncul pertanyaan? Saya punya iman tetapi saya takut menunjukkannya, maka sesungguhnya yang dimiliki pada dasarnya bukan iman, tetapi ketakutan. Maka prinsip setiap orang memberi dari apa yang dimilikinya, jika ia memiliki iman maka ia memberikan iman, jika ia memiliki ketakukan maka ia memberikan ketakutan. Jika ia memiliki kebencian maka ia memberikan kebencian, jika ia memiliki dosa maka ia memberikan dosa.
Mengharumkan nama Tuhan sama saja dengan menunjukkan iman, bukan menunjukkan dosa, jika kita menujukkan dosa maka bukan nama Tuhan yang tidak harum tetapi diri kita sendiri yang menjadi busuk. Oleh karena itu dosa yang mengikat dalam diri manusia akan membuat manusia menunjukkan dosa. Lalu banyak manusia yang akhirnya membawa manusia mencap bahwa orang Kristen jahat, kejam dan tidak tahu aturan, lalu mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus bahakan melecehkan atribut-atribut Kristen. Mengapa demikian? Itu semua karena manusia yang berdosa tidak memiliki pola pikir yang obyektif dalam membuat sebuah analisa, mereka terkjebak dalam sunyektivisme mereka sehingga hanya mengandalkan emosionalitas dalam menjawab, memprotes dan menyimpulkan sebuah peristiwa.
Keharuman nama Allah adalah keharuman yang tak terkondisi, apa pun keadaan ciptaan, apa pun keadaan manusia nama Tuhan tidak berubah sampai selamanya. Keharuman nama Tuhan bukan karena sebuah kompromi antara kebenaran dan dosa, justru keharuman timbul karena kebenaran konsisten ditegakkan, memang secara sosial kebenaran itu ditolak namun kebenaran tersebut akan menegur hati nurani setiap manusia. Mereka yang merespon menolak kebenaran sebenarnya merindukan kebenaran. Soli Deo Gloria

Tidak ada komentar:

Posting Komentar