Made Nopen Supriadi, S.Th
Analogi:
wangi parfum tidak akan berubah sekalipun dipakai oleh orang yang berbeda. Jika
memetik sedikit dari analogi parfum tersebut dapat kita pikirkan bahwa Allah
tidak akan berubah sekalipun manusia yang berbeda-beda. Apakah Tuhan
membutuhkan manusia untuk mengharumkan namanya? Tidak! Allah mahakuasa maka
tanpa manusia pun Allah dapat mengharumkan namanya, perhatikan Kitab Daniel,
ketika raja Nebukadnezar meninggikan diri maka Allah sendiri bertindak untuk
menghajarnya, dan Allah sendiri akhirnya yang membuat raja Nebukadnezar sadar
dan kembali memuliakan Tuhan (Daniel 4: 28-37).
Allah yang mulia dapat memuliakan diri-Nya sendiri. Tidak ada satu orang
pun yang dapat mengetahui standar mutlak apakah nama Allah tersebut diharumkan
atau tidak. Dalam Roma 11: 33 menunjukkan hikmat dan pengertian Allah tak
terselami, jadi siapakah manusia yang terbatas dapat menyelami dan benar-benar
mengetahui standar untuk mengharumkan nama Tuhan.
Apakah
nama Tuhan menjadi tidak harum karena manusia? Nama Allah tetap menjadi harum
meskipun manusia yang mengklaim diri sebagai pengikut Tuhan bersikap tidak
mempermuliakan Tuhan. Fakta tersebut kita lihat banyak orang yang percaya
kepada Yesus meskipun kita mendapati banyak orang yang telah berstatu Kristen
tidak bersikap mengharumkan nama Tuhan. Mengapa terjadi demikian? Hal ini
menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mempengaruhi Allah, manusia tidak dapat
mengubah substansi nama Allah yang harum. Perhatikan Alkitab, Apakah nama Allah
menjadi tercemar saat raja Salomo jatuh dalam perzinahan, faktanya nama Allah
tetap bertahan dan dipuja oleh bangsa Israel. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ketika manusia melakukan dosa mereka berpikir membusukkan nama Tuhan, padahal
sesungguhnya mereka sedang membusukkan diri mereka. Orang yang berdosa bukan
tidak mengharumkan nama Tuhan, tetapi mereka sedang merusak dan membusukkan
diri mereka sendiri. Ketika manusia berdosa mereka justru menunjukkan hukuman
Allah layak dijatuhkan bagi mereka, ketika manusia berdosa justru
memperlihatkan manusia itu layak mendapat keadilan dari Allah. Manusia yang
berdosa tidak dapat mempengaruhi keharuman nama Allah. Banyak teologia (ajaran)
yang dibangun dari dasar subyektifisme sehingga mengajarkan bahwa Allah dapat
dipengaruhi oleh manusia, ciptaan dapat mempengaruhi pencipta. Sehingga membuat
sebuah anggapan bahwa nama Tuhan akan menjadi jelek, rusak, busuk dan tidak
diminati oleh karena penganut agama tersebut berbuat dosa, tetapi perhatikan
Alkitab, jika ada penganut sebuah agama menjadi rusak moralnya dan etikanya
bobrok lalu mengatasnamakan agama dalam membangun kebobrokan tersebut maka
mereka sedang menunjukkan bahwa mereka mempercayai yang bukan Tuhan. Yesus
Kristus memiliki moralitas ilahi, itu artinya mereka yang menjadi pengikut
Yesus haruslah demikian, faktanya tidaklah demikian. Di dalam Alkitab saat
perempuan Samaria ingin memberitakan Mesias mereka tidak mau lagi mendengar
dari mulut perempuan itu, tetapi mereka langsung datang kepada Yesus dan
melihat langsung. Hal ini menunjukkan manusia dapat kecewa dengan melihat
tingkah manusia tetapi justru yang terlihat dari orang yang hidup tidak
mengharumkan nama Tuhan kita melihat adanya penghakiman Allah bagi orang
tersebut, justru nama Tuhan tetap harum karena Allah tidak berubah. Hal ini
juga akan mendorong manusia sampai kepada sebuah kebenaran, mengenai siapa
Allah? Saat pengikutnya berdosa manusia akan langsung melihat siapa yang
dipercaya mereka, lalu saat mereka mendapatkan bahwa yang dipercaya itu
mengajarkan yang benar, baik dan kekal maka penghakiman akan ditujukan kepada
orang tersebut karena gagal melakukan standar kebenaran Allah yang dipercaya,
lalu jika mereka mendapati bahwa yang imani atau dipercaya juga terbukti
mengajarkan amoralitas, dosa dan kejahatan maka dengan sendirinya membongkar
kepalsuan ilah tersebut.
Lalu
apakah tanggung jawab manusia terhadap nama Tuhan? Melalui kisah
sahabat-sahabat Daniel kita akan melihat bagaimana Tuhan memakai mereka menjadi
alat untuk mengharumkan nama Tuhan. Allah
yang mulia ingin memuliakan namanya dengan memakai manusia sebagai alat untuk
memuliakan-Nya. Maka Allah yang mulia ingin mengharumkan nama-Nya sendiri
dengan memakai manusia sebagai alat untuk memuliakan-Nya. Maka disinilah baru
muncul yang namanya tanggung jawab manusia dalam mengharumkan nama Tuhan. Allah
memberikan tanggung jawab kepada manusia untuk mengharumkan nama-Nya, hal ini
dapat kita lihat secara tersirat dalam Sepuluh hukum yang diberikan kepada
Musa, pada hukum ke 3 diperintahkan untuk tidak menyebut nama Tuhan dengan
sembarangan. Namun jika melihat secara menyeluruh seluruh hukum ini wajib
dilakukan jika ingin mengharumkan nama Tuhan. Maka disini kita melihat bahwa
tanggung jawab manusia yang telah percaya bukan mengabaikan hukum Allah, tetapi
bertanggung jawab terhadap hukum Allah tersebut. Seluruh hukum harus dilakukan
agar nama Tuhan harum, maka sanggupkah manusia melakukannya? Tidak ada! maka
semakin memperjelas prinsip Alkitab hanya karena kasih karunia manusia bisa
mengharumkan nama Tuhan, Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengharumkan nama Tuhan
karena mereka menunjukkan iman dalam menghadapi tantangan. Mengapa mereka bisa
melakukannya? Hal tersebut sangat jelas memperlihatkan bahwa karena imanlah
maka nama Tuhan dimuliakan, iman sendiri adalah pemberian Allah, itu artinya
Allah sendiri ingin mempermuliakan diri-Nya dengan memakai mereka bertiga.
Hidup orang Kristen memang sangat unik, siapa yang diberikan iman oleh Allah
maka ia memiliki iman, siapa yang memiliki iman maka dia menunjukkan imannya,
maka hanya orang yang tidak memiliki iman yang tidak dapat menunjukkan imannya.
Lalu muncul pertanyaan? Saya punya iman tetapi saya takut menunjukkannya, maka
sesungguhnya yang dimiliki pada dasarnya bukan iman, tetapi ketakutan. Maka
prinsip setiap orang memberi dari apa yang dimilikinya, jika ia memiliki iman
maka ia memberikan iman, jika ia memiliki ketakukan maka ia memberikan
ketakutan. Jika ia memiliki kebencian maka ia memberikan kebencian, jika ia
memiliki dosa maka ia memberikan dosa.
Mengharumkan
nama Tuhan sama saja dengan menunjukkan iman, bukan menunjukkan dosa, jika kita
menujukkan dosa maka bukan nama Tuhan yang tidak harum tetapi diri kita sendiri
yang menjadi busuk. Oleh karena itu dosa yang mengikat dalam diri manusia akan
membuat manusia menunjukkan dosa. Lalu banyak manusia yang akhirnya membawa
manusia mencap bahwa orang Kristen jahat, kejam dan tidak tahu aturan, lalu
mereka tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus bahakan melecehkan atribut-atribut
Kristen. Mengapa demikian? Itu semua karena manusia yang berdosa tidak memiliki
pola pikir yang obyektif dalam membuat sebuah analisa, mereka terkjebak dalam
sunyektivisme mereka sehingga hanya mengandalkan emosionalitas dalam menjawab,
memprotes dan menyimpulkan sebuah peristiwa.
Keharuman
nama Allah adalah keharuman yang tak terkondisi, apa pun keadaan ciptaan, apa
pun keadaan manusia nama Tuhan tidak berubah sampai selamanya. Keharuman nama
Tuhan bukan karena sebuah kompromi antara kebenaran dan dosa, justru keharuman
timbul karena kebenaran konsisten ditegakkan, memang secara sosial kebenaran
itu ditolak namun kebenaran tersebut akan menegur hati nurani setiap manusia.
Mereka yang merespon menolak kebenaran sebenarnya merindukan kebenaran. Soli
Deo Gloria
Tidak ada komentar:
Posting Komentar