Cari Blog Ini

Selasa, 15 Agustus 2017

DIKTAT SOTERIOLOGI

PENDAHULUAN



Bab I
Pengenalan Perjanjian Lama
          Alkitab diikat oleh satu kata yaitu ”Perjanjian”. Perjanjian Lama ialah Perjanjian antara Allah yang dinyatakan secara khusus kepada umat Israel dan Perjanjian Baru ialah Perjanjian yang dinyatakan secara umum / universal kepada manusia di dalam dan melalui Yesus Kristus. Itu artinya ”Lama” bukan berarti usang tetapi menunjuk pada konteksnya.
A.    Alkitab Firman Allah
2Timotius 3: 15-16”Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang ke dalam kebenaran.” Istilah Kitab Suci menunjuk kepada Kitab-kitab Perjanjian lama (PL), karena pada zaman itu PB belum disusun. Kata diilhamkan oleh Allah memiliki arti dihembuskan oleh Allah. Kitab Suci sama dengan nafas Allah. Istilah nafas sama dengan firman. Oleh karena itu Alkitab firman Allah. Dengan demikian kita menolak ajaran kelompok Kristen yang menyatakan bahwa Alkitab berisi firman Allah, artinya ada bagian-bagian isi Alkitab itu firman Allah dan bukan firman Allah. Selanjutnya ada yang menyatakan bahwa Alkitab bukan firman Allah namun hanya sekedar buku sastra yang menuliskan tentang mitos-mitos, artinya ajaran ini menolak hal-hal supranatural dalam Alkitab seperti penciptaan dan mujizat.
B.     Pentingnya Perjanjian Lama
Perjanjian lama memiliki peranan penting dalam Alkitab karena 39 Kitab terdapat di PL dan hanya 27 Kitab dalam PB. Firman Allah juga dinyatakan di dalam PL sehingga banyak peristiwa PB dapat dimengerti latar belakangnya jika mempelajari Perjanjian Lama.
1.                  Menubuatkan kehidupan Yesus Kristus. Lukas 24: 44 menyatakan ”Ia berkata kepada mereka: ”inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan Kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” Banyak hal dalam kehidupan Yesus Kristus telah dituliskan dalam PL, Berikut beberapa fakta nubuatan tentang kehidupan Mesias dalam PL dan penggenapan-Nya dalam PB.
a.                   Kelahiran Mesias. Kelahiran Mesias (Kej. 3:15 digenapi dalam Gal. 4:4), yaitu melalui seorang dara (Yes. 7:14), daftar silsilah-Nya (Kej. 49:10; 2Sam. 7:16 digenapi dalam Mat. 1:1; Luk. 3:23) dan tempat kelahiran-Nya (Mik. 5:2 digenapi dalam Luk. 2:4-7).[1]
b.      Penyambutan Mesias. Penyambutan Mesias yang masuk ke Yerusalem dengan menunggang keledai muda dinubuatkan dalam PL dalam Zakharia 9:9 yang digenapi dalam Matius 21:1-10. 
c.                        Pelayanan Mesias. Pelayanan-Nya (Maz. 69:8-10; Yes. 9:1-2 digenapi dalam Mat. 4:14-16), dituliskan Ia adalah nabi yang akan datang (Ul. 18:15, 18, 19 di genapi dalam Kis. 3:20,22), Ia akan bertugas sebagai seorang Imam (Maz. 110:4 digenapi dalam Ibr. 5:5,6), Ia akan menjadi domba paskah (Kel. 12:46 digenapi dalam Yoh. 19:36).[2] Karya Mesias yang dinubuatkan dalam PL yang digenapi dalam PB, yaitu: meredakan angin ribut (Maz. 107:29 digenapi dalam Mat. 8:23-27), Menyembuhkan orang buta (Maz. 146:8 digenapi dalam Yoh. 9:1-7), mengampuni dosa (Yes. 43:25; 44:42 digenapi dalam Mat. 9:2), membangkitkan orang mati (Maz. 49:15 digenapi dalam Mat. 9:25), memberi makan 5000 orang (Yoel 2:22-24 digenapi dalam Mat. 14:15-21).[3]
d.                  Penderitaan Mesias. Pdt Dr. Sthepen Tong menuliskan tentang pemahaman istilah “.....segala sesuatu sudah terjadi....” dalam Yohanes 19:28 yang menunjukkan penggenapan mesianis dalam PL pada person Yesus Kristus. Ada sepuluh fakta penderitaan Mesias yang dinyatakan dan yang digenapi, yaitu: Dia dijual oleh kawan-Nya sendiri (Maz. 55:13-15 digenapi dalam Mat. 26:47-56), Dia akan dijual dengan tiga puluh keping perak (Zak. 11:12 digenapi dalam Mat. 26:15-16), Penggembala harus dibunuh dan domba-dombanya akan bercerai berai (zak. 13:7 di genapi dalam Mat. 26:56), Mesias akan dituduh dan difitnah oleh saksi-saksi dusta (Maz. 109:2-5 digenapi dalam Mat. 27:12), Orang-orang akan mencambuk, memukuli, melukai serta meludahi muka-Nya (Yes. 53:3-8 digenapi dalam Mat. 26:67-68), Dia akan dihukum beserta dengan perampok-perampok (Yes. 53:9,15 digenapi dalam Mrk. 15:7, 28), Tangan dan kaki Mesias akan ditusuk (Maz. 22:16 digenapi dalam Yoh. 20:25-29), Pakaian-Nya akan direbut dan dibagi-bagi di antara orang-orang yang menyalibkan Dia (Maz. 22:18 digenapi dalam Yoh. 19:23-24), Dia berdoa untuk orang-orang kriminal yang disalibkan bersama-sama dia (Yes. 53:12), Kegelapan menudungi Kristus (Ams. 8:9 digenapi dalam Mat. 27:45).[4]
e.                        Kebangkitan Mesias dari Kematian. Kebangkitan-Nya (Maz. 16:10 digenapi dalam Luk. 24:7; Kis. 2:24-28).[5] Paul Enns menjelaskan nubuat Daud tentang kebangkitan Kristus (Mzr. 16:10); Petrus mengindikasikan kebangkitan Kristus menggenapi nubuat Mazmur 16:10.[6]
f.                         Kenaikan Mesias Ke Surga. Kenaikan Mesias ke Sorga dan duduk disebelah kanan Allah dinubuatkan dalam Mazmur 110:1 yang digenapi dalam Markus 16:19.
2. Menuntun Kepada Keselamatan. 2Timotius 3: 15 menyatakan ”Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus. ” Dalam Yohanes 5: 39-40 juga menyatakan ”Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Galatia 3:24 menyatakan “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman”. Dalam konteks Perjanjian Lama penebusan dosa harus ada pengorbanan. Syarat dalam pengorbanan tersebut pertobatan dari pribadi yang dinyatakan dengan memberikan korban domba yang jantan, yang sulung dan tidak bercacat. William Dyrness menuliskan hal tersebut melatarbelakangi rujukan pengorbanan Kristus dalam Efesus 5:2.[7] Yesus adalah penggenapan korban penebusan dalam tipologi Perjanjian Lama, karena manusia yang berdosa harus ditebus oleh yang sebanding, yaitu manusia, manusia yang dikorbankan harus yang sulung, Yesus adalah manusia yang sulung satu-satunya karena Ia lahir dari seorang perawan bernama Maria. semua manusia telah berdosa (Rm. 3:23), Yesus adalah satu-satunya manusia yang suci tanpa dosa (1Pet. 2:22). Jadi hanya Yesus, manusia yang sempurna yang menggenapi kriteria korban penebusan dosa.
3. Membentuk Kehidupan Manusia. 2Timotius 3: 16 menyatakan ”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang ke dalam kebenaran.” Selain hal-hal etika kehidupan, banyak hal-hal dasar yang dibentuk di dalam PL, yaitu: Penciptaan (Kejadian 1-2) jika kita tidak memahami PL maka kita bisa terjebak dalam teori evolusi, Pernikahan dan keluarga (Kejadian 2: 23-25) jika kita tidak memahami PL maka kita bisa terjebak dalam kesalahan dalam pernikahan (pernikahan sejenis / LGBT), Kejatuhan manusia dalam dosa (Kejadian 3), awal mulanya bangsa-bangsa menyebar ke seluruh dunia (Kejadian 11).
4. Perjanjian lama (PL) merupakan dasar untuk memahami Perjanjian Baru (PB)
            Dari segi bahasa, sejarah dan teologi PB mendasarkannya pada PL. David L. Baker menuliskan dalam bukunya Mari Mengenal Perjanjian Lama, bahwa ada kurang lebih 2650 kutipan dari Perjanjian Lama di dalam Perjanjian Baru, yaitu kurang lebih 350 kutipan langsung dan 2.300 kutipan tidak langsung serta persamaan bahasa.[8] Berikut contoh kutipan langsung dan tak langsung dalam PB: Kutipan langsung ialah teks PL dikutip sesuai dengan susunannya di dalam PB, lihat Matius 21: 13 ada istilah ”…rumah-Ku akan disebut rumah doa…” dikutip dari Yesaya 56: 7. Kutipan tidak langsung ialah pengutipan teks hanya mengambil makna dari teksnya, lihat Roma 1: 23 yang menekankan makna berhala yang diambil dari Ulangan 4: 16-18.
5. Perjanjian Lama (PL) memiliki kesatuan dalam Perjanjian Baru (PB.
            David L. Baker menuliskan bahwa Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian baru (PB) menyatakan mengenai Allah yang Esa. Allah Israel adalah sama dengan Bapa Yesus Kristus.[9] Hal tersebut terlihat dari sifat-Nya (omnipresent / Mahahadir, omniscience / Mahatahu dan omnipotence / Mahakuasa), rencana-Nya (menyelamatkan manusia) dan tuntutan-Nya (hidup suci, kasih kepada Allah dan manusia). Hal ini bertentangan dengan pandangan seorang bidat (penyesat) bernama Marcion yang menyatakan bahwa Allah dalam PL berbeda dengan Allah dalam PB. Ia menyatakan Allah PL itu kejam dan Allah PB itu kasih.
C.    Proses Tersusunnya Perjanjian Lama
Istilah proses menunjuk pada tahapan, itu artinya PL tidak langsung tersusun dalam waktu singkat. Wahyu Allah bersifat progressif (bertahap) sehingga PL juga dinyatakan secara progressif. Jadi secara garis besar proses tersusunnya PL dimulai dari penyataan Allah, penulisan,pembukuan dan pembakuan.
1.      Penyataan Allah
Ulangan 29: 29 menyatakan ”Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini.” Kata ’dinyatakan’ dalam American Standar Version (ASV) ditulis ’revealed’ yang artinya diwahyukan, dibukakan, disingkapkan. Jadi ada hal-hal yang tersembunyi dari Allah diketahui jika Allah menyatakan hal-hal yang tersembunyi tersebut. Manusia memiliki keterbatasan dalam pikiran (mind) untuk memahami siapa Allah. Karena keterbatasan inilah maka butuh penyataan dari luar diri manusia. Alkitab menyatakan bahwa manusia mengenal Allah karena Allah yang terlebuh dahulu mengenalkan diri-Nya, maka manusia mendapat firman Tuhan karena Allah yang memberikan-Nya. Penyataan Allah ialah Allah menyingkapkan, membuka firman-Nya kepada orang-orang yang dipilih-Nya. Dalam buku Pengantar Perjanjian Lama 1 yang ditulis oleh W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush menuliskan pengertian penyataan:
”Penyataan dapat berarti perbuatan mengungkapkan atau membuka atau menyingkapkan. Istilah itu dapat pula berarti apa yang diungkapkan atau dibukakan atau disingkapkan. Seringkali ditekankan ialah pengertian yang aktif: penyataan terdapat dalam komunikasi Allah dengan manusia melalui penglihatan yang diberikan-Nya dan perbuatan yang dilakukan-Nya. menurut pandangan yang ditekankan dewasa ini, penyataan juga didapati dalam peristiwa-peristiwa sejarah tertentu yang dipandang sebagai karya Allah.”[10]
Dari pengertian istilah penyaataan tersebut maka di dalam PL ada dua cara bagaimana Allah menyatakan firman-Nya.
a.       Penyataan umum
Dalam Mazmur 19: 2-5 menyatakan ”langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawal memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari menruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam, tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi…”Allah menyatakan firman-Nya secara umum kepada semua manusia melalui karya-Nya dalam penciptaan Alam semesta, peristiwa sejarah dan hati nurani manusia.
b.      Penyataan Khusus
Penyataan Khusus ialah Allah menyatakan firman-Nya secara khusus kepada orang pilihan-Nya melalui pertemuan khusus , seperti: penglihatan dan perkataan langsung. Beberapa fakta tersebut dapat kita lihat dalam Kejadian 12: 1 yang menunjukkan Allah memanggil Abraham dan memberikan firman-Nya. Selanjutnya Keluaran 3: 1-2 menyatakan Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa, dalam wujud Malaikat di dalam nyala api untuk memberikan firman-Nya.
            Jadi penyataan Allah menunjukkan bahwa karena Allah yang mengenalkan diri-Nya maka manusia mengenal Allah. Karena Allah membuka firman-Nya maka manusia menerima firman Tuhan. Penyataan Allah tidak sekaligus, namun bertahap (progress revelation),oleh karena itu pada zaman ini ada dua sistem yang digunakan untuk mendekati atau mempelajari Alkitab:
a.       Sistem perbandingan agama dan kebudayaan. Sisitem menerapkan prinsip evolusi agama. Sistem ini menyatakan bahwa PL dipelajari sama seperti mempelajari sastra yang lain yang ditemukan seumuran dengan PL.
b.      Sistem prinsip Sui ipsius interpretes / Scriptura Scripturae interpres (Alkitab menafsirkan Alkitab)[11]  yaitu sistem yang mempelajari firman Allah dengan tidak mengabaikan sejarah, budaya dan latar belakang penulis Alkitab, karena di dalam Alkitab ada keunikan tersendiri, salah satunya hanya di dalam Alkitab terdapat konsep Allah mempertahankan komunikasi dengan umat-Nya.[12] Hal tersebut terlihat dalam konteks penyataan keselamatan bagi umat manusia dari kuasa dosa yang dinyatakan dalam Kejadian 3: 15 yang diterangkan dalam Yohanes 3: 16.
Dari kedua sistem ini maka sistem kedualah yang kita terima. Dasarnya, Alkitab adalah satu kesatuan sehingga bagian-bagian Alkitab yang tidak kita mengerti memiliki jawaban di bagian Alkitab yang lain.
2.      Penulisan
Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan ”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” Kata ’tuliskanlah’ dalam bahasa Inggris write yang menunjuk pada menulis diatas alas. Penulisan Alkitab terjadi karena adanya pengilhaman (inspirasi) dan dorongan Allah untuk menulis.
a.       Pengilhaman
Dalam 2 Timotius 3: 16 menyatakan ”segala tulisan yang diilhamkan oleh Allah…Kata ilham (insipirasi) adalah theopneustos yang secara harafiah berarti dihembuskan nafas Allah.[13]Dengan nafas ilahi dan kuasa, Roh kudus menggerakkan para penulis (manusia) untuk menulis apa yang Allah firmankan. Hal ini juga dituliskan oleh William dan Stanley bahwa:
Allah membawa semua penulis Alkitab melalui berbagai pengalaman, menyiapkan mereka sedemikian rupa sehingga Ia dapat memakai mereka untuk menyatakan kebenaran dalam cara yang diinginkan-Nya. Dengan demikian, integritas para penulis sebagai kepribadian individual benar-benar terpelihara melalui tindakan khusus dari inspirasi dan bimbingan Roh kudus. Pada waktu yang sama, hasil tulisan mereka adalah jelas Firman Allah. Roh kudus membisikkan pemikiran yang orisinil kedalam pikiran para penulis (Am. 3:8). Kemudian Roh kudus menuntun mereka memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran itu (Kel. 4:12, 15); dan akhirnya, Ia menerangi pikiran orang yang membaca kata-kata itu sedemikian rupa sehingga pembaca dapat memahami kebenaran yang sama yang semula ada dalam pikiran penulis (I Kor. 2:12; Ef. 1:17-18). Jadi, baik pikiran maupun bahasa merupakan penyataan dan diilhamkan.[14]
            Lebih jauh lagi Millard J Erickson menuliskan: ”Pimpinan Roh Kudus pada para penulis, sehingga meskipun penulisan dilakukan  sesuai dengan gaya dan kepribadian mereka, hasilnya adalah firman Allah yang tertulis, yang berotoritas, patut dipercaya, dan bebas dari salah dalam autobiografi yang asli. Erickson mengatakan bahwa inspirasi adalah pengaruh adikodrati Roh Kudus atas para penulis kitab dalam Alkitab sehingga membuat hasil karya mereka menjadi satu catatan yang akurat tentang penyataan atau yang mengakibatkan karya mereka benar-benar merupakan firman Tuhan.[15]
            Dengan demikian fakta ini menunjukkan bahwa Alkitab PL benar-benar merupakan kebenaran oleh karena Allah dalam Roh-Nya yang berperan utama dalam penulisan Alkitab.
b.      Perintah Allah untuk menulis
Dalam Keluaran 17: 14 menyatakan ”kemuadian berfirmanlah kepada TUHAN kepada Musa: ”Tuliskanlah semuanya ini dalam sebuah kitab sebagai tanda peringatan,….” W.S. Lasor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush menuliskan mengenai proses penulisan Alkitab: ”menurut ajaran Alkitab, Allah menyusun sejarah keselamatan sedemikian rupa sehingga rangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan menggenapi kehendak-Nya yang sempurna. Ia menerangkan peristiwa-peristiwa ini melalui penyataan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, ”oreang-orang yang didorong oleh Roh Kudus” (2Ptr. 1: 21). Ia mengilhami hamba-hamba-Nya ini agar mereka menuliskan peristiwa-peristiwa tersebut serta tafsirannya untuk diteruskan kepada generasi yang akan datang. Selanjutnya, melalui Roh-Nya Ia memberi penerangan kepada manusia pada segala zaman untuk mengakui otoritas tulisan-tulisan ini, menyakininya sebagai firman Allah serta memberi respons dalam iman dan ketaatan.”[16]
Dari penjelasan tersebut ada 3 tujuan Allah menyuruh orang pilihan-Nya menulis firman-Nya:
-          Supaya manusia pada waktu tertentu dan tempat yang lain bisa juga membacanya
-          Karena wahyu Allah adalah kekal  tidak bersifat sementara.
-          Supaya inti berita dari wahyu Allah tetap sama dan tidak diubah oleh manusia yang ingatannya lemah dan punya kecendrungan niat yang jahat.
3.      Pembukuan PL
a.       Bahasa PL
David L. Baker menuliskan sebagian besar PL dikarang dalam bahasa Ibrani, sedangkan bahasa Aram digunakan dalam Ezra 4: 8-6; 7: 12-26; Yeremia 10: 11; dan Daniel 2: 4-7, 28. Kedua bahasa tersebut digolongkan dalam rumpun bahasa ”Semit” disebut sesuai dengan nama Sem anak Nuh, yang dianggap nenek moyang bangsa-bangsa Timur Tengah menurut Kejadian 10.[17]
b.      Bahan tulis naskah PL
-          Batu yang dilicinkan dan dituliskan dengan benda tajam (Kej. 32: 16)
-          Loh kayu yaitu kayu yang ditulisi dengan tinta atau ditaburi lilin. (Yes. 30: 8; Hab. 2: 2).
-          Loh tanah liat yang ditulisi dengan tulisan paku.
-          Ostraka yaitu kepingan-kepingan beling yang ditulis dengan tinta.
-          Papyrus yaitu rumput yang tumbuh dirawa-rawa, tinggi 18-45 cm dipakai sekitar abad 20 BC.
-          Kulit binatang yaitu kulit domba, kambing bahan tulisnya dari arang dan  minyak yang dikeringkan.
-          Perkamen yaitu kulit binatang licin dan memakai karbon yang dicampur dengan getah atau minyak.
4.      Pembakuan dan Penyalinan teks
Penyalinan teks perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan naskah asli, dari bahan yang cepat rusak kepada bahan yang lebih baku. Naskah asli PL hampir tidak, penyebabnya:
a.       Rusak karena bahan yang tidak baku, waktu dan penjarahan.
b.      Kebiasaan orang Yahudi menyimpan dalam guci, lalu ditaruh dalam tanah dan memasukkannya ke dalam gua-gua.
Jadi darimanakah sumber naskah PL yang ada saat ini? Naskah-naskah yang sekarang ada diperkirakan diambil dari terjemahan oleh para masyoreth pada abad ke 5 M. Pada tahun 1945 telah ditemukan naskah asli yang tersimpan di sebuah guci dilaut mati oleh para gembala yang perkirakan ditulis pada tahun 200-100 BC/SM. Seorang tokoh bernama Rabi Abika (meninggal 135 M) seorang ahli Alkitab bahasa Ibrani dia seorang penentang Kristen namun ia juga menulis Alkitab PL Bahasa Ibrani yang dipakai hingga saat ini. PL pernah diterjemahkan oleh kaum masora pada abad ke 3-2 BC. Mereka ada 70 orang secara pribadi dan terpisah dan menghasilkan terjemahan yang sama yang kemudian disebut terjemahan LXX (bc: septuaginta). Selain itu ada terjemahan Yunani kuno lainnya oleh Aquila, Symmachus dan Theodosius. Selanjutnya dalam perkembangan zaman pembakuan teks dan penyalinan teks semakin baik dengan ditemukan mesin cetak dan pembuatan angka-angka untuk memisahkan pasal-pasal dari Alkitab oleh Stephen Langton dari Cantebury (1226 M). Dan pada tahun 1551 Robert Estiene yaitu seorang pencetak menamai hampir semua pasal-pasal Alkitab. Sekarang teks PL sudah bisa tersimpan di komputer dan dapat diakses juga dari jaringan internet.
D.    Kanonisasi Perjanjian Lama
                 Istilah ”kanon” diambil dari kata rumpun Semit artinya adalah buluh, tongkat pengukur, norma, hukum, batas, daftar dan indeks. Jadi jika ada sebutan kanon Alkitab maka artinya daftar Alkitab. Istilah kanonisasi menunjuk pada proses pengumpulan kitab-kitab Firman Allah. Adapun proses kanonisasi dapat dilihat dalam Alkitab sendiri, yaitu di dalam Ulangan 4: 13, 12: 32; Yeremia 26: 2, Amsal. 30: 6; Pengkhotbah 3: 14; II Petrus 3: 15- 16; Wahyu 22: 6- 8, 18 – 19.        Bagaimana manusia dapat menentukkan kitab-kitb yang masuk dalam kanon? Jawab: Alkitab firman Allah difirmankan oleh Allah sehingga Roh Allah sendiri yang akan memimpin manusia kepada firman-Nya, sehingga kanon bukan menjadikan tulisan-tulisan ’agama’ firman Allah. Tetapi menegaskan kembali firman Allah yang telah ada atau tertulis untuk menjadi dasar hidup beragama. Bagaimana proses terjadinya kanon? Allah berkehendak agar setiap perbuatan dan firman-Nya diabadikan oleh manusia, sehingga Ia menghendaki setiap penyataan Allah ditulis dengan teliti atas pimpinan Roh Kudus.
Ada pun syarat-syarat kitab yang masuk kanon:
1.      Berotoritas, artinya kitab tersebut memiliki kuasa mengubah hati mnusia, memberi kekuatan, penghiburan dan perlindungan (Kel. 24: 3-4, 8).
2.      Berwibawa, artinya kitab itu harus ditati ucapannya, tulisannya (Ul. 31: 24-26).
3.      Dinamis, artinya kitab tersebut dipakai terus-menerus, selalu relevan dari waktu ke waktu (Yos. 1: 8).
Dalam sejarah pengelompokan kitab-kitab PL ada dua versi kanon, yaitu kanon Yunani dan kanon Ibrani. Berikut pembagian Kanon tersebut: Kanon Yunani
Kanon Ibrani
Kata Bible (Alkitab) dalam bahasa Inggris berasal dari kata Yunani biblia, yang berarti ‘kitab-kitab.’ Orang-orang Kristen memandang koleksi Kitab Suci mereka sebagai ‘Alkitab’ sejak Konsili Karthago menyusun daftar terakhir dari kitab-kitab Perjanjian Baru pada tahun 397. Alkitab berisi banyak macam tulisan. (Baca ‘Sastra Alkitab.’) Dalam bagian ini kami akan memberikan garis besar kitab-kitab yang ada dalam Alkitab dalam setiap bagian utama dari kesusastraan yang berhubungan dengan Alkitab. Orang Yahudi mengatur Perjanjian Lama menjadi tiga bagian utama: lima Kitab Musa (Torah),  Nabi-nabi (Nebi’im),  Tulisan-tulisan (Kethubim). Tetapi di sini kita akan mengikuti bagian-bagian utama yang kita dapatkan dalam versi Septuaginta Yunani.



[1] Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus (Surabaya: Momentum, 2011) hal, 10
[2]  Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus,..., hal. 10
[3]  Paul Enns, The Moody Hand Book Of Theology 1 (Malang: Literatur SAAT, 2004), hal. 283
[4]  Sthephen Tong, 7 Perkataan Salib (Surabaya: Momentum, 2011), hal. 95-99
[5]  Trivena Ambarsari, Doktrin Kristus,....., hal. 10
[6] Paul Enns, The Moody,..., hal. 287
[7] William Dyrness, Tema-Tema Dalam Teologi Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 1990), hal. 134
[8]David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2008), 13-14
[9] Ibid,…, 14
[10] W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2005), 34 
[11]Hasan Sutanto, Hermeneutik: Prinsip dan Metode Penafsiran, (Malang: Literatur SAAT, 2001), 69
[12] W. S. Lasor, D. A. Hubbard dan F. W. Bush, Pengantar…., 33
[13]William W. Menzies & Stanley M. Horton,Doktrin Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 1998), 22
[14]Menzies & Stanley M. Horton, Doktrin..., 22
[15] Millard J. Erickson, Teologi Kristen Jilid I,  (Malang: Gandum Mas, 2004), 317
[16]W.S. Lasor, D. A. Hubbard, dan F. W. Bush, Pengantar…., 39
[17] David L. Baker, Mengenal…., 15